Jumat, 30 Desember 2016

Semangat 30DWC

Aku menyukai dunia tulis menulis sejak di bangku sekolah. Ketika masih SMP, hal yang paling aku suka adalah menulis diary. Bagiku menulis adalah obat. Menulis mampu menyembuhkan luka dan sakit yang kurasa. Menulis adalah metode terapi yang ampuh bagiku. Menulis adalah teman dalam sendiriku. Hingga SMA dan kuliah pun, aku masih suka menulis diary. Sebagian darinya masih tersimpan. Dan yang lainnya sudah aku musnahkan. 

Kegemaranku menulis masih sebatas menulis diary. Masih sebatas untuk konsumsi pribadi. Hingga selepas kuliah, aku bertemu dengan sebuah komunitas kepenulisan. Aku berkenalan dengan para penulis. Dan menimba ilmu dari mereka. Aku mulai mencoba menulis untuk media. Dan tulisan pertamaku dimuat di Harian Surya. Selanjutnya lahir pula tulisanku yang lain,  dalam bentuk buku. Namun masih menulis antologi. Antologi pertamaku berjudul Karena Mereka Tercipta Istimewa. Dan aku menggunakan nama pena Avisa Guritna.

Setelah beberapa buku antologiku lahir, aku sempat vakum menulis. Hingga akhirnya aku dipertemukan dengan 30DWC Jilid 3. Selama 30 hari, aku berusaha untuk menulis tanpa henti. Alhamdulillaah. Aku berhasil mengikuti 30DWC Jilid 3. Dan ini, adalah tulisanku yang ke 30, hari terakhir 30DWC. Semoga ini bukan akhir tulisanku. Tetapi menjadi awal yang baik bagiku. Menjadi semangat bagiku untuk terus dan tetap menulis hingga aku tak mampu lagi untuk menulis. Aku masih bermimpi untuk bisa menulis buku. Semoga di tahun 2017 nanti, mimpi ini akan menjejak menjadi nyata. Aku akan berusaha untuk mewujudkannya, hingga aku tak mampu lagi untuk berusaha.

Meski semua berkata tidak mungkin. Ah, kamu ga mungkin jadi penulis. Kamu ga mungkin bisa nulis cerpen. Kamu ga mungkin bisa nulis cerita. Kamu ga mungkin bisa menulis buku. Orang sepertimu mana mungkin bisa jadi penulis.

Waktu itu semangatku sempat hilang. Harapanku untuk bisa menulis buku pupus sudah. Tak ada semangat lagi untuk menulis. Hingga akhirnya, 30DWC Jilid 3 ini membuka kembali harapan itu. Semangatku menyala kembali. Jika aku tidak bisa menulis buku, aku masih bisa menulis diary, seperti dulu yang pernah aku lakukan. Untuk penyembuhanku. Untuk mengobati kecewaku. Untuk menemani sepi-sepiku. Untuk menjadikanku lebih waras lagi. Untuk diriku sendiri. Bukan untuk siapa-siapa. Jika tulisanku tak layak untuk dibagi, maka biarkan menjadi prasasti pribadi. 

Aku akan tetap menulis hingga aku tak mampu lagi untuk menulis. Mungkin nanti aku akan lupa.Semoga saja tidak. Jika aku lupa, semoga saja aku akan segera ingat, kemudian menulis lagi. Menulis lagi. Dan lagi-lagi menulis.

Semoga dengan menulis, bisa membawa perubahan yang lebih baik, terutama perubahan untuk diri sendiri. 

Semangat menulis!

#30DWC Jilid 3 hari ke 30

Tidak ada komentar:

Posting Komentar