Rabu, 14 Desember 2016

Ketika Aqidah Tergadai

Annisa tertegun. Matanya sembab. Air mata semalam masih tersisa. Wajahnya sendu. Ia telah kehilangan adik semata wayangnya. Adik yang teramat dia sayang. Kini, adiknya telah pergi menjauh darinya. 

Ini bukan kehilangan biasa. Adiknya pergi dengan seorang wanita. Namun bukan karena kepergian adiknya dengan seorang wanita itu yang Annisa tangisi. Bukan karena itu. Melainkan karena kepergiannya tanpa membawa aqidahnya. Adiknya telah menggadaikan aqidah, iman dan islamnya untuk menikahi seorang wanita. 

Annisa tidak habis fikir kenapa hal itu bisa terjadi pada adiknya. Kenapa adiknya bisa mengambil keputusan yang teramat bodoh. Annisa tidak mengerti dengan jalan fikiran adiknya. Padahal adiknya seorang yang terpelajar.

Setiap kali teringat dengan adiknya, dada Annisa terasa sesak, air mata perlahan bercucuran membasahi kedua pipinya. Semoga suatu hari nanti Allah kan kembalikan hidayahNya. Semoga Allah balikkan hati dan fikirannya. Sehingga iman dan islam ia gapai kembali. Amin.

Tak henti Annisa berdoa. Memohon kepada sang maha pembolak-balik hati. Semoga hari itu kan nyata. Hari di mana Annisa bisa berkumpul kembali bersama adik semata wayangnya. Bersama-sama bermunajat kepada sang maha cinta. 

Hati Annisa pun menjerit, ketika mendapati kesedihan di kedua mata kedua orang tuanya. Hati orang tua mana yang tak akan luka, ketika sang buah hati mereka dengan mudahnya menggadaikan aqidahnya demi wanita yang akan dinikahinya. Hati orang tua mana yang tak akan tergores? Mata orang tua mana yang tak kan mengeluarkan airnya, ketika sang buah hati yang diharapkannya kelak bisa menjadi syafaat baginya, menjadi anak yang sholeh, yang senantiasa mendoakan kedua orang tuanya, tiba-tiba lebih memilih wanita yang baru saja dikenalnya dan meninggalkan aqidah iman dan islamnya? Orang tua Annisa kelihatan tegar dan tak pernah menampakjan kesedihannya. Namun dari mata mereka, Annisa tahu betapa nelangsanya hati mereka.

Annisa semakin merasa bersalah. Annisa telah gagal menjadi seorang kakak yang baik untuk adik semata wayangnya. Tak mampu turut menjaga aqidah adiknya.

Annisa hanya mampu berdoa. Semoga suatu hari nanti adiknya kan kembali pada jalan hidayah. Amin.

#Sebuah cerita pendek

#30DWC Hari ke 15

Tidak ada komentar:

Posting Komentar